Dulu pertama kali memutuskan HS, banyak japri dari teman² : "mi, anak² HS di mana?"
Mmmm gimana ya jawabnya secara sudah jelas homeschooling itu adalah sekolah rumah. "Ya di rumah donk". Duuhh jawaban ini kok terdengar ketus yak.
Sebenarnya nggak salah sih ya kalo ada pertanyaan tsb karena di Indonesia ini makna HS itu sendiri juga sudah melenceng dari yang sebenarnya. HS sudah diartikan memindahkan sekolah ke rumah dengan mendatangkan guru dari luar, atau anak yg mendatangi sebuah lembaga BERLABEL Homeschooling lalu belajar matapelajaran sekolah di tempat itu. Saya bold lagi ya. Lembaga BERLABEL Homeschooling. Padahal sebenarnya lembaga tsb hanya lembaga yang membantu anak² kita untuk bisa memiliki ijazah kesetaraan. Saya bold lagi: IJAZAH KESETARAAN. Alias ijazah paket A setara SD , paket B untuk SMP, paket C setara SMA. Oke? Cukup jelas sampai di sini?
Oh, belum jelas. Oke aku perjelas lagi. Jadi, setiap warga negara yang menuntut ilmu itu mempunyai hak mendapat ijazah. Kalau kita bersekolah di sekolah formal, tentu sudah jelas ijazahnya adalah SD SMP SMA berkurikulum nasional. Kalau anak kita sekolah di sekolah internasional, bisa dimungkinkan memiliki ijazah internasional juga, contohnya ijazah cambridge, yg nantinya bisa digunakan utk melanjutkan sekolah di luar negeri.
Bagaimana yg tidak belajar di sekolah formal? Tidak sekolah itu ada 2: putus sekolah atau tidak memilih sekolah sebagai tempat menuntut ilmu. Tapi jangan khawatir, keduanya sama² memiliki hak untuk memperoleh ijazah, yaitu ijazah kesetaraan.
Bagaimana caranya?
Caranya dengan bergabung di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) atau kadang disebut SKB (Sanggar Kegiatan Belajar), atau PNF (Pendidikan Non Formal). Di setiap kota ada PKBM. Coba aja googling: PKBM di Semarang. Pasti ada.
Di PKBM ini, mereka akan membantu kita untuk mengikuti ujian paket. Jadi, lembaga BERLABEL homeschooling yang tadi saya sebut-sebut, sebenarnya mereka adalah PKBM. Ijazahnya tentu saja ijazah kesetaraan.
Trus seperti apa kurikulumnya? Bagaimana buku²nya?
Kurikulum PKBM adalah kurikulum nasional. Modul pelajarannya bisa didownload gratis di internet karena memang sudah disediakan oleh pemerintah. Googling saja: modul paket A, modul paket B, modul paket C IPA, modul paket C IPS. Bisa diprint sendiri. Kalo aku, beli di tokopedia yg isinya ringkasan materi selama 1 tahun dalam 1 buku, harganya 150 ribu. Wkwkwkw murah ya, buku persiapa ujian anakku cuma segitu harganya. Aku beli buku matematika juga sih, judulnya Matematika Nalaria.
Bagaimana belajarnya? Anakku belajar sendiri tanpa guru tapi kadang juga aku bantu, trus nanti ada ujian dari PKBM nya sekitar 2 bulan sekali, biasanya dikasi tau beberapa hari sebelumnya. Ujiannya secara online di aplikasi Kemdikbud, namanya aplikasi Setara Daring. Nantinya ikut ujian paket A. Jadi dari awal berHS yaitu awal tahun ajaran 2020/2021 sampai bulan Desember ini FiQi dan ayna belum pernah sama sekali menginjak "sekolah barunya" heheheheh. Aku tanya ke FiQi : "kak, SMP nya masih mau HS apa SMP biasa?" , katanya masih mau HS. Trus "mau ujian paket B nya 3 tahun lagi apa ntar-ntar aja?" , katanya mau 3 tahun lagi. Oke lah kalau begitu , padahal kalau pun dia memilih mau ujian paket B nya nanti² saja atau bahkan memilih tidak punya ijazah paket B pun, aku tak masalah. Eh trus gimana donk dengan masa depannya kalau nggak punya ijazah? Oh itu bisa dikondisikan, walau pastinya sebagai orangtua, aku harus mengerjakan banyak PR besar untuk mengawal tumbuh kembang jika anakku memutuskan untuk unschooling.
Berapa biaya PKBM? Bervariasi. Ada yg hanya ratusan ribu saja untuk 1 paket sampai ujian paket. Ada yang ratusan ribu per bulan. Biaya PKBM fiqi tidak sampai 2 juta ketika dia saya daftarkan setara kelas 6, biaya Ayna pun sama , tidak sampai 2 juta di kelas 5 sampai nanti lulus paket A alias 2 tahun. Tanpa ada uang gedung, uang tahunan , apalagi uang seragam. Yang lebih murah ada, yg gratis mungkin juga ada. Aku ulang lagi ya, biaya PKBM fiqi selama 1 tahun tidak sampai 2 juta. Biaya PKBM ayna (di tempat yg sama) tidak sampai 2 juta untuk selama 2 tahun. Buat kami yg biasa membayar SPP sekolah dan uang tahunan, tentu saja ini terbilng murah ya hehehehe. Tapi sebenarnya bukan di situ sih poinnya. Kalau cuma mau murahnya saja, tinggal aku pindahin sekolah negeri, gratis malah heheheh. PKBM yang lebih mahal banyak, terutama PKBM yg ada label HS nya, seperti Homeschooling Kak #### ðŸ¤ðŸ¤ walau sebenarnya aku juga tidak tau di mana kelebihannya. (Bilang saja memang ngga rela bayar mahal bu'). Eh tapi sebenarnya saja naksir 1 PKBM di Bogor yang banyak program²nya walau biayanya mahal tapi wothed it, tapi sayangnya harus ikut yg offline nya kalau pengen bener² maksimal karena ada kelas berkebun , magang dan program live in.
Jadi, sementara ini cukup PKBM yg sekarang ini saja dulu sambil copas² program PKBM lain yg bisa diadopt.
Itu tadi baru biaya PKBM ya. Biaya lain selain biaya PKBM apakah ada? Tergantung donk. Kalau mau nambah skill bahasa dan ortunya tdk bisa memfasilitasi secara mandiri, pastinya harus ikut kursus di luar yg offline atau online, atau ikut program di Kampung Inggris, Kampung Arab dll. Begitu juga dalam memperdalam bacaan kitab suci dan ilmu agama, bisa mendatangi guru, ini bisa gratis bisa juga bayar, atau ikut kajian rutin di tempat ibadah. Mau belajar ilmu komunikasi juga bisa ikut kelas public speaking, atau langsung saja ikut magang di stasiun radio atau event organizer. Suka masak/jahit/videografi/olahraga? Bisa belajar di yutub atau kursus atau ikut club. Mau belajar sejarah kota Roma/sejarah masuknya Islam di Indonesia? Bisa beli buku/nonton youtube/datangi sendiri ke tempatnya lalu keliling seharian di museum atau kotanya ditemani pemandu. Suka serangga? Bisa belajar di youtube atau datang ke museum2 serangga di TMII atau yg di LN. Pokoknya tinggal sesuaikan minat dan budget. Homeschooling itu merdeka karena tidak ada yang harus seperti ini atau seperti itu. Kalau mau yang murni gratis juga bisa. Mau yang super duper mahal dengan ikut kelas Cambridge atau kelas modelling langganan artis² , bisa juga. Tidak perlu minder si A belajar ini di sini, si B pergi ke mana belajar apa.
Dan dengan banyaknya kesempatan HSer menimba ilmu di mana saja dengan siapa saja dengan cara apa saja, tentu saja sudah cukup menjawab pertanyaan umum lainnya: "anak HS kuper ya?bagaimana sosialisasinya?"
Apakah bisa memiliki ijazah kesetaraan tanpa bergabung di PKBM? Setauku bisa. Ada yang bilang tinggal datang ke Dinas Pendidikan kota setempat dan tanya prosedurnya, nanti akan diarahkan, dan katanya sih gratis. Aku tidak tau banyak informasi utk cara yang ini dan belum pernah mencoba. Kalau teman2 ada yg punya pengalaman ini, kabarin ya.
Bagaimana kalau tidak mau punya ijazah kesetaraan atau ijazah cambridge? Ya sudah, tidak perlu keluar uang PKBM. Toh tidak wajib, tidak melanggar aturan. Toh masih tetap punya kesempatan belajar juga bahkan lebih flexible dan fokus karena tidak harus belajar ilmu aljabar, sin cos tan, menghafal nama enzim² dalam tubuh beserta fungsinya dll yg nantinya belum tentu juga akan terpakai. Yang ortunya punya bisnis, tinggal terjunkan saja anaknya di sana, sehingga dia akan belajar berinteraksi dan mengambil keputusan atau meningkatkan profit secara langsung di lapangan.
Ijazah kesetaraan bisa untuk melanjutkan sekolah formal? Bisa donk. Selepas paket B nanti, FiQi sudah punya gambaran mau melanjutkan di mana, dan bukan HS lagi. Dia juga masih mau kuliah. Kalau Ayna belum tau. Oke kami ikuti saja dulu, jadi "ikuti mimi dulu ya dek, adek selesaikan dulu ujian paket A, nanti kita pikirkan lagi sama-sama".
Tidak apa². Yang penting sekarang tetap harus belajar agama, memperbaiki atitude, tau bagaimana menjaga kesehatan, tau fitrahnya di mana, belajar memberi dan bermanfaat, belajar berrumah tangga yang baik, belajar hidup bermasyarakat dengan baik serta tetap mengasah minat supaya bisa mandiri secara finansial. Tidak masalah minatnya ganti² selama tidak melanggar aturan dan tidak merugikan, toh nanti jika karakter baiknya sudah kuat, dia akan bisa memutuskan ingin mandiri dan bermanfaat dengan cara bagaimana. Aku sendiri sejak memutuskan menjadi ibu HSer juga ikut belajar banyak hal tentang kehidupan dan memperdalam lagi ilmuku dalam beragama yang kurasa kian mendangkal.
Btw, ini bukan provokasi untuk mengajak teman² ikut berHS ya. Belajar dengan tidak memilih jalur formal itu adalah keputusan yg bersifat pribadi, sangat² pribadi. Juga bukan blackcampaign untuk tidak mendaftar di PKBM mahal yg terkenal. Postingan ini hanya bertujuan ingin menginformasikan "ini lho, ada pendidikan yg bisa kita atur sendiri budgetnya sesuai maunya anak kita ingin belajar apa" . HS lulusan pake C mau kuliah kedokteran?mau jadi pengusaha?jadi PNS?atau jadi ibu rumah tangga? Semuanya sangat bisa.
Jadi: mau memilih PKBM yang mana, itu pilihan. Ber HS dengan PKBM atau tanpa PKBM itu pilihan. Mau HS atau sekolah formal, itu juga pilihan. Tujuannya tetap sama: bahagia dunia akhirat.
Teman² yg ingin tanya² tentang HS, boleh hubungi aku kapan saja. Aku akan sangat senang jika punya teman sesama HSer yg sudah aku kenal sebelumnya, nantinya bisa berkolaborasi saling berbagi dan menguatkan